Menulis Karena Gelisah Terhadap Sesuatu..

Belajar Mendeskripsi

Di seputaran Darussalam-Banda Aceh ada satu lapak jualan tempe goreng paling enak menurut saya. Yang jualannya itu bapak-bapak, biasanya dalam berjualan si bapak ditemani seorang bocah laki-laki yang dipercayakan sebagai kenek. Menurut saya, tempe goreng hasil racikan bapak ini mampu menggantikan cemilan anda dari yang biasanya, ya kalau memang cemilan yang anda gemari selama ini tempe goreng bukan yang lain. Mungkin anda sudah terbiasa dengan memakan tempe goreng yang wujudnya seperti kerupuk, kaku dan terdengar seperti jembtan kayu lapuk yang hancur ketika dikunyah. Tapi kalau yang ini tidak, bisa saya pastikan yang anda kunyah memang benar-benar potongan tempe goreng renyah. Pastinya tidak akan membuyarkan konsentrasi anda ketika mengunyah untuk berpikir; oh ini kerupuk tapi versi tempe. Oya lokasi bapak berjualan di seputaran Darussalam; kalau dari arah simpang galon, itu sebelum Bank BRI cabang Darussalam.

Tetapi ini hanya sebuah gambaran atau ilustrasi betapa rasa puas atau kesan itu mampu mendorong seseorang untuk berbicara banyak dan jujur-jujuran. Bapak penjual tempe tidak meminta dan membayar saya untuk mempromosikan lapak gorengan tempenya lewat postingan ini. Bagi saya tempe goreng racikan si bapak enak, renyah dan saya merasa terkesan dengan cita rasanya. Itulah yang mendorong saya untuk menulisnya.

Ilustrasi lain. Mungkin semenjak media sosial Facebook booming dan akrab dengan pengguna internet, tentunya anda sudah pernah atau bahkan sering membaca postingan-postingan yang berisikan testimoni orang-orang yang bahagia setelah melangsungkan pernikahan. Mari kita lihat lagi betapa kekuatan rasa dan kesan itu mampu mendorong seseorang untuk berbicara banyak dan jujur. Coba kita lihat orang-orang yang bahagia dan merasa terkesan dengan pernikahannya itu. Dengan tanpa diminta dan tanpa kita traktir kopi untuk diajak bicara, salah seorang dari mempelai mau berbagi cerita panjang lebar dan detail tentang kronologis pernikahan mereka sejak niat melangsungkan pernikahan mau direncanakan hingga setelah hari H. Yang mungkin kalau salah seorang mempelai kita ajak ngopi sambil bercerita, mungkin tiga jam waktu kita habiskan di warung kopi belum tentu bisa kita peroleh sebuah cerita, jujur-jujuran dan pengakuan yang begitu runut. Saya menemukan beberapa tipe orang yang pendiam sebelum menikah dan berubah menjadi tipe pengomong (di medsos) setelah baru-baru melangsungkan pernikahan karena sebuah kesan.

Oleh karenanya hati-hatilah dengan rasa dan kesan yang, dia mampu mendorong seseorang untuk buka mulut dengan tanpa diminta apalagi dipaksa-paksa. Saya menulis tentang tempe goreng karena saya sudah kelewat puas dan merasa terkesan dengan hasil racikan tempe goreng yang renyah, bikinan bapak yang buka lapak di pinggir jalan Darussalam. Ini menandakan saya belum mampu mengendalikan rasa, hingga kekuatan (kesan) tempe goreng renyah saja mampu mendorong saya untuk berbicara banyak tentangnya (tempe goreng)
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Recent Posts

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.

Pages