Sepulang maen play station dari rumah
sepupu, tepatnya usai para pesepak bola Liga Inggris merumput di lapangan
hijau, aku dan kepulan asap kenalpot Yamaha Jupiter langsung mengebar
meninggalakan bau terbakar, ngebut pulang menuju kontrakan, pengen cepat-cepat
menaruh tangan digagang pintu kamar, halah bahasa lainnya mau buka pintu masuk
kamar kos untuk istirahat (sleep tight).
5B, itulah tulisan tebal yang terpahat di dinding kos sisi depan, bukan
terpahat sih tepatnya, tapi kayak coretan orang iseng gitu yang suka
melampiaskan bakat gravitynya di sembarang dinding. Mural, mural ya, ya mural
namanya...! Saya tinggal disitu, di rumah sederhana milik eyang subur, eee
bukan bukan! Milik pak Firdaus asli orang Aceh Besar.
Rumah pak Firdaus yang saya kontrak
ada nilai plusnya; sederhana memang kontrakan ini, hanya ada dua kamar yang
disekat triplek jadul sebagai pembatas antara kamar satu dan yang lain. Atapnya
bocor, suwer deh, udah berkali kali aku kasih tahu sama mister Firdaus tiap
kali bayar kontrakan, katanya "iya, iya nantik saya sendiri yang naik
keatas genteng, hahah, ngomongnya selangit, tali pinggang masih tali charger
lapotop."
Setiap musim hujan, sebelum tidur saya punya
tugas tambahan (additional task), mencari ember atau timba kosong lalu
menaruhnya tepat dibawah lobang atap bocor. Terkadang, saat dapat kunjungan
dari teman satu kampung yang numpang nginap di kos, kebetulan pas lagi tidur
mulutnya sukak ternganga lebar gitu, jadi ku geser lah dia pelan-pelan menuju
kebawah atap bocor, dia lagi tidur mana tahu, mulutnya yang terbuka lebar itu
kusetel supaya pas di bawah lobang atap bocor, kalau misalnya nanti hujan turun
aku sudah punya tempat penampungan air. Ngak eee, ngak, ngak mungkin sejahat
itu anak Gam Inong Blogger, ya ngak?
Tapi yang bikin saya betah tinggal di
kontrakan bapak yang sedang melanjutkan S2 itu, selain harga kontrakan yang
murah (4 Juta pertahun, pertama di Banda Aceh! kayaknya), air sumur bersih
ditambah satu hal lagi (menurut saya bonus) dibelakang kos ada pohon mangga
sedang berdiri kokoh, tidak ada yang mampu menggerakkannnya selain tiupan
angin. Menjulang tinggi yang sekarang lagi menguning, saya bahagia dengan
keberadaan pohon mangga yang tidak pernah mandul menghasilkan ranuman buah yang
bikin siapa saja ngiler, terlebih lagi ibu hamil yang lagi ngidem sama yang
asam-asam.
Tiap sore anak-anak tetangga sebelah
berduyun-duyun melempar mangga gratis, pokoknya atab kos ngak bisa diam dari
"gedebam gedebum" tiap anak-anak yang diberkahi Allah ini melempr
mangga-mangga, nama jenis mangga yang masuk kedalam postingan ini adalah Mana
lagi, dalam bahasa aceh toeh loem, any else.. .
Udah sampai kemana tadi, sayanya udah
nyampek ke pintu kamar kos belum ya? oya pengen pulang cepat-cepat mau tidur
tadi .Aku pulang untuk membayari tidur yang belum lunas, pasalnya, menjelang
akhir tahun dua ribu tiga belas aku sering di luar, kerap kali kutinggali kasur
dan guling sendiri tanpa ada pemeluk dan nelayan malam yang berlabuh diatasnya.
Alhamduuuuuuu...lillah, akhirnya
sampek juga ke kos, "Huuuh," itu suara helaan nafas orang baru turun
dari sepeda motor," Kedengaran situ ngak?
"Pengab, abis, wajah ketutup tros
sama kaca pelangi, milik helm berlebel SNI."
Sesampai di depan pintu kamar, sejenak
tercengang melihat si roomate yang telah tertidur pulas sebelum jam dua malam.
“Ini manusia kok cepet banget boboknya
ya?, padahal jam segini, para ‘banci dan panci peunayoeng’ baru aja keluar dari
sangkarnya buat cari nafkah” lha dia kenapa cepat kali KO?”
Tapi yang menjadi fokusku bukan si
roomatenya, itu dia sepetak kasur yang dari tadi pengen kusamperin, minta ijin
untuk merebahkan tubuh ini.
Huhhh, sambil berdiri aku menatap
wajah kamar bak "kapal pecah” yang sudah lama ditinggali nakhoda dan abk
nya, aku berbisik,
“wahai kasur dan kawan-kawanmu
sekalian, malam ini aku janji ke kalian semua, malam ini tak kubiarkan lagi
kalian menjadi 'jablay' wahai para penunggu tubuh yang lelah.”
Gilak, aku ngomong sama seisi kamar;
kasur dan bantal-bantal kapas ini, pegang jidat,"Aku masih normal."
Memang sudah menjadi kebiasaan ku
menuju dapur untuk meneguk segelas air putih sebelum ke pulau kapuk, kata dokter
itu kebiasaan yang baik bagi kesehatan. Melipir-melipir di kegelapan malam,
sampailah ke dapur jadi-jadian itu. melihat-lihat dispenser ada dimana? Soalnya
dispenser ering move on ke banyak tempat, kadang ke ruang tamu lah, kamar
sebelah, sering juga ke kamar tidur. Tapi yang lebih sering berdiri ke samping
karung beras dan rak piring.
Usai menunggu dispenser mengisi gelas
duralex, tiba-tiba terdengar suara yang sedikit aneh, kayaknya di atap. Karena
ini kuanggap serius, dengan sedikit mengganggu tikus-tikus yang sedang tertidur
nyenyak di sela-sela dinding. Dengan sedikit menzalimi, aku harus menghidupkan
kembali 'bohlamp' yang sudah padam tiga jam lalu, guna memastikan kejadian
perkara, what's going on?
Dan yang ku dapat
"Oo Em Gi!!! Wahai atap kos 5B,
kenapa aku bisa melihat awan dari sini, bintang, mangga-mangga bergelantungan
bergoyang dibawa angin dibawah sinar bulan, jelas bisa kulihat dari bawahmu,
bukankah tugasmu menutupi mereka untuk tidak bisa kulihat dari dalam
sini?"
Sedikit info rupanya yang sedang
terjadi adalah seng sedang terangkat naik turun, sesekali nampak langit dan
bisa menghitung jumlah bintang, kejora dan bintang sinetron. Karena seng ditiup
angin jadi menghsilakan suara. "Oh itu yang terjadi?" Gumamku
“Sepertinya, umur kos ini ngak bakalan
lama lagi," sembari mendongakkan kepala ke atap dapur kos 5B yang sedang
terangkat turun naik ditiup angin.” Di dapur aku merepet sendirian kayak orang
kesetanan.
Buuuuut, yang terlintas dipikiran
sejak pertama berniat meninggalkan rumah sepupu, "Ini kalau aku udah
sampek ke kos, aku harus lburu-buru tidur, ya aku harus segera tidur,
"Huaaam," itu bukan suara nguap tapi suara saya yang sedang menguap,
malam itu.
Apa yang kulihat tadi tidak merusak
mood ku untuk segera tidur. "Halahhh, soal kondisi kos biar besok
kuagendakan untuk dirapatkan dengan penghuni kos supaya dapat solusinya."
Rebahlah tubuh ini di kasur jablay. Sangat berhasrat untuk ku bisa tidur
sesegera mungkin. Mulailah golek sana golek sini, memeluk kembali guling yang sudah
lama kangen sama aku, plus hidupin kitaro biar prosesnya cepet.
Hampir empat puluh menit aku
menikamtai greget kasur di kamar pecah itu, playlist kitaro pun terus jalan
sudah mencapai urutan sepuluh, tapi semua itu tidak memberi efek berati untukku
segera bisa terlelap. Jam dinding terus berputar seperti biasa, tidak berhenti
“berotasi” meski mau masuk sepertiga malam.
Sebelum ter-play nya instrumen ‘kitaro
slik road’ di list 15, tiba-tiba ada sms yang mampir, darinya Ari kawan aku
nongkrong.
”War online yuks, ai gak bisa tidur,
mau gak kita ke tempat biasa, online, online..., pesbuuuk war, pesbuuuk?” Bujuk
dia lewat sms tengah malam.
“Oke, sama ri aku juga gitu, sampai
ketemu... i’ll see you there," ce ileeeeh pakek bahasa kafir, haha. Kurang
lebih begitu aku membalas bujuk rayu dia malam itu.
"Keluarin motor lagi oiiiiiii...,
ngeng, ngeng!"
Aku tiba duluan di warkop biasa,
mungkin karena aku pakek motor yamahanya si komeng kali ya, makanya aku cepat
sampai ke tkp. Tapi bukan itu alasannya, karena memang aku tinggalnya lebih
dekat dengan warung ketimbang dia.
Setelah mengkonfirmasi beberapa request
teman fb, barulah si pemilik sms tadi nongol, dengan tubuhnya yang dikuliti
jacket seventy four warna ijo putih ber gambar mahkota raja di bawah saku
kanan.
“Udah lama?".
"Enggak, baru aja nyampek. Huhu
belum lagi seeejam, canda ri... ngak kok aku juga barengan kamu tadi, cuman
karena akunya aja suka ngebut-ngebutan makanya aku lebih duluan sampek,
peaceeee broooo." Ku nampakin bentuk jari peace ke dia, biar dia yakiiin,
itu pertanda peace.
Masing-masing kami browsing secara
nafi-nafsi, dia dengan laptop sendiri dan aku pun bukan laptop pinjaman.
“Ntar lah aku add teman yang
banyak," gumamku depan laptop acer 14 inc yang sudah lebih dari 10 kali
install ini. Nge klik sana sini, sambil lihat poto profil neng-neng gelis di
fb, kira-kira mana yang bisa ku add malem ini? Larangan tuk add teman udah
sering kuterima, bahkan sebelumnya aku di blockir sebulan, gara-gara nge add
teman yang tidak ku kenali.
Mendekati jam 04. Pagi, para
pengunjung mulai pulang satu persatu dari warung tersohor di kutaraja itu.
Tinggallah kami bertiga sama paman google, plus tiga pelayan warung. Belum lagi
sempat aku menyeduh habis segelas sanger panas (sp), seruan kemenangan mulai
terdengar dari setiap pengeras suara surau yang ada.
"Allahu Akbar... Allahu
Akbar," kami sadar, sudah lebih dari sepertiga kami lewati malam dengan
situs sosial ini.
"War,"ayo kita balik, udah
subuh," beruntung sanagt aku bergadang dengan teman yang mau mengingatkan
masuknya waktu shalat. “Yups, bentar aku bayarin ini lu ri.” Kami bergegas
pulang...
Di simpang galon Darussalam kami pisah
menuju hunian masing-masing,
“udah dulu ri, ntar kapan-kapan kita
ol bareng lagi di tempat yang tadi,"
“Oke siiip dah.”
Dua kali klakson sebagai tanda peluit
pulang, sesaat kami pisah.
Sebelum langsung menuju ke kos 5B,
sekejap aku singgah di salah satu surau, tempat dikumandangkan pangiilan
kemenangan 15 menit lalu.
Setelah dua jam beranjak dari dua
tempat yang berbeda, kantuk pun datang, kebetulan jam kuliah pagi kosong.
Karena merasakan kantuk yang tidak bisa dibendung, finally kucoba rebahkan
badan yang ke dua kalinya diatas kasur empat persegi yang kapasnya sudah
sedikit berserakan. Kucoba menggantikan tidur malamku di paginya.
"welkom tu de drim world"
Aku pun tertidur, tidak bisa
kupastikan jam berapa tepatnya aku terlelap, karena belum ada di dunia ini ada
manusia yang bisa memastikan kapan dirinya tertidur.
Aku hanya bisa mengatakan, aku
tertidur,dan tertidur lelap.
Ini dia, tidur pagipun aku bermimpi.
Sebenarnya sudah berkali-kali mimpi ini mendatangiku. Sedikit merasa nggak enak
si untuk menceritakan isi mimpi malam itu. Tapi apa boleh buat, terpaksa harus
ku bagi mimpi ini supaya kita sama-sama apes. No, no, i mean biar sedikit
traumaku hilang, hehe. Sudah empat malam, itu-itu aja mimpi, nggak kreatip
banget dah.
Ini penggalan mimpi yang ku maksud;
"Aku lulus CPNS, tapi
penempatannya di Papua. Hiks, apes banget kan!"
Aku yang belum terbiasa tidur di waktu
pagi, pasti merasa berat saat bangkit dari pulau kapuk; kepala pening,
puyeng-puyeng tujuh keliling. Ya sudah, aku berhenti di mimpi ini, takut
melanjutkan tidur dengan durasi yang lebih lama, lebih-lebih di pagi hari,
karena akan ada banyak mimpi-mimpi apes lain yang lebih menggila ingin menggerayangiku.