Menulis Karena Gelisah Terhadap Sesuatu..

Raja Terbang



Cerpen ini sudah pernah dimuat di Harian Serambi Indonesia, edisi Minggu 16 Juni 2019

Dragunov berkali-kali melihat langit di atas kepalanya. Tapi tidak lagi menangis terisak atau meronta-ronta di gendongan ibu. Telah sangat paham ia bahwa sang raja ditangkap atas sebuah tuduhan. Tunduhan yang pada mulanya dibela mati-matian oleh berbagai pihak, namun lama kelamaan suara-suara itu kalah oleh sesuatu yang disebut bukti kuat. Dragunov yang pada awalnya tidak paham konon lagi menerima, kini dia sudah paham dan coba menerimanya dengan tidak benar-benar lapang dada. Dragunov hanya mencoba bersikap dewasa seperti umurnya kini. Tidak lagi mengungkit-ungkit keinginan masa kecil juga tidak lagi menunggu pesawat sang raja secara terbuka. Meskipun hatinya, hati masa kecilnya tidak akan pernah bisa dia tanggalkan. Kita telah kehilangan raja yang mampu menerbangkan pesawat, menggunakan senapan, dan piawai dalam berdiplomasi secara baik dengan menteri negara-negara penting melebihi kerajaan tetangga yang terletak di pulau yang berbeda. Kita telah kehilangan satu paket lengkap. Kita telah kehilangan seorang raja yang mampu melindungi rakyatnya seperti bapak melindungi istri dan anaknya. Sekarang kita cari lagi raja yang seperti itu, rasanya nihil. Itu selalu yang terbesit di pikiran Dragunov kala dia menatap langit yang kosong  tak ada apa-apa, juga tak ada kebisingan mesin pesawat.
***
Di sebuah negeri yang antah berantah terdapat seorang raja yang amat luar bisa, ia mampu menerbangkan pesawat dan juga menggunakan senapan. Setiap hari dia selalu memantau keadaan rakyatnya melalui jendela kaca pesawat, sedangkan beberapa tangan kanannya langsung turun ke rumah-rumah untuk melihat dari jarak yang lebih dekat. Begitu sang raja mendapati berita tidak mengenakkan  tentang rakyatnya, semisal,  ada rayatnya yang dipukuli oleh orang yang tidak dikenal atau rakyatnya dirampas harta oleh orang negeri seberang, sang raja dengan bringasnya mengarahkan moncong senapan ke arah para berandal tepat di antara dua mata. Tidak berhenti sampai di situ kelebihannya, sang raja juga mampu berdiplomasi dengan sangat ulung dengan menteri-menteri di luar kerajaannya. Bahkan sang raja mampu menjalin kerja sama yang sangat bagus dengan menteri yang paling disegani di dunia. Wibawa serta karisma seakan telah dibawanya sejak lahir dan seperti telah ditakdirkan hanya menjadi miliknya itu yang kemudian mampu menjadikan dirinya sangat berharga di dalam hati dan jiwa setiap rakyat. Bahkan tidak tanggung-tanggung, beberapa ibu mendongengkan anak-anak mereka sebelum tidur dengan kisah-kisah heroik sang raja ini. Padahal jelas kisah sang raja bukanlah dongeng. Berawal dari sinilah, anak-anak bertambah kekagumannya kepada raja. Bahkan ada yang sangat menginginkan bertemu dengannya atau hanya sekedar melihat pesawatnya berlalu-lalang di atas atap rumah mereka saja sudah cukup.

Malam ini seperti malam-malam sebelumnya, Baretta bercerita lagi tentang raja yang tak pernah habis untuk dikagumi. Ada saja kisah-kisah yang dibalut dengan sangat rapih menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah merasuki anak-anak. Kali ini Baretta bercerita ketika suatu hari raja dari negeri tetangga datang ke negeri ini untuk mengeruk hasil bumi, jelas saja raja sangat murka. Selain dapat merusak tanah dan siklus alam sekitar yang teramat dicintai, juga hasil yang ditawarkan sangat merugikan rakyat terlebih tenaga yang dipakai untuk sebagian besar pekerjaan tidaklah berasal dari dalam negeri. Dengan berangnya sang raja menolak mentah-mentah ajakan itu, dan mengeluarkan senapan ketika raja dari negeri seberang masih bersikeras. Dragunov yang sedari tadi menyimak dengan sungguh-sungguh kisah yang terlontar dari mulut ibunya itu hanya mengangguk-angguk dan terlihat sangat antusias. Bahkan sesekali ketika Baretta sudah kehabisan kata-kata, Dragunov apabila belum tiba kantuknya, dia kerap meminta melanjutkan cerita. Jika cerita sudah sampai pada kata habis, maka Dragunov akan meminta untuk mengulang cerita yang sudah-sudah. Kagum benar dia pada sosok rajanya itu.

Pernah suatu waktu Dragunov, bocah laki-laki yang baru duduk di kelas satu sekolah tingkat dasar itu, menunggu hadirnya pesawat sang raja yang selama ini sering mengusik langit di atas atap rumahnya. Dia benar-benar menunggu dari pagi sampai petang. Kebetulan, hari libur sekolah. Pada penantian panjang yang teramat membosankan, Dragunov akhirnya bisa juga melihat pesawat sang raja ketika matahari hampir terbenam. Dilambaikan tangan mungilnya sambil berteriak-teriak seakan-akan teriakan itu mampu menembus lapisan awan lalu sampai pula ke telinga sang raja. Walau memang pada kenyataannya, pesawat raja yang tidak begitu besar itu tidaklah terbang terlalu tinggi. Sengaja tidak tinggi supaya raja benar-benar dapat memantau rakyatnya dari udara. Meskipun secara rutin setiap enam bulan sekali, raja keluar dari kastilnya turun ke rumah-rumah untuk melihat langsung keadaan rakyatnya.

Kelakuan Dragunov tidak hanya sebatas menunggu pesawat raja lewat di atas atap rumahnya, pernah juga suatu ketika Dragunov membuat pesawat mainan  dari kertas warna-warni, kemudian dia juga menggambar pesawat lengkap dengan dua orang diatasnya, yaitu dia dan raja. Gambar beserta pesawat kertas itu dititipkannya kepada tangan kanan raja untuk diberikan kepada sang raja itu sendiri. Namun, tidak ada kabar apakah titipan Dragunov itu sampai ke tangan sang raja atau tidak. Meskipun demikian, Dragunov yang memang tidak paham pada balasan, sangat senang. Untuk seharian itu, dia tersenyum sepanjang hari, banyak makan, sedikit bermain, banyak belajar, dan di sekolah dia mendapatkan nilai sempurna, meskipun cuma untuk hari itu saja.  Malamnya, dia berdoa saat besar kelak dia bisa lebih dekat dengan raja, bukan bermaksud untuk menggantikan posisi raja, tidak sama sekali, namun hanya berharap sangat dekat saja, bila tidak berlebihan satu pesawat dengannya saja sudah lebih dari cukup. Doa itu ditutup dengan usapan kedua telapak tangan di wajah.

Pagi ini merupakan hari libur, pagi-pagi sekali Dragunov telah selesai mandi, mengalahkan dingin dan rasa kantuk yang masih menggerayangi. Namun, dia tepiskan rasa malas itu jauh-jauh. Setelah berpakaian rapi dan wangi juga sarapan bubur dan roti gandum lengkap dengan keju dan saos supaya tidak lemas badannya, dia bersigap lari ke halaman, mendongakkan kepala, menatap awan. Ditunggunya pesawat sang raja dengan penuh harapan. Keringat mengucur di badan tak terasa lagi. Kering kulit terbakar matahari tidak dihiraukannya sama sekali. Gigih  benar bocah itu. Apabila leher sudah terasa pegal dan tak dapat diajak kompromi lagi, maka segera dia berlari ke dalam rumah untuk mengambil kursi lalu dibawanya keluar. Duduklah ia dengan sangat bersahaja di atas kursi itu, menyandarkan badannya, lalu mendongakkan kepala. Bila haus tak dapat ditahan lagi atau hadir hasrat untuk buang hajat, maka cepat-cepat dia tuntaskan sembari tetap menyiagakan telinga jika saja terdengar sayup-sayup suara pesawat sang raja dari kejauhan.

Waktu sudah siang matahari tepat berada di atas kepala. Pesawat sang raja belum juga muncul. Hal ini tidak menyurutkan semangat Dragunov untuk terus menunggu, sebab bisa jadi pesawat sang raja baru muncul ketika menjelang matahari terbenam seperti waktu itu. Maka diambillah keputusan untuk terus menunggu sampai matahari terbenam.

Bibir Dragunov bergetar, matanya berair, tubuhnya memerah dan penuh bercucuran keringat. Dia hendak menangis, tapi coba ditahan. Tak berapa lama, pecah juga tangisannya. Tangisan sebab kelelahan. Tangisan sebab sangat kecewa. Tangisan anak kecil ketika kehilangan mainan kesayangannya. Hari ini  pesawat sang raja tidak muncul. Selama sang raja menjadi raja belum pernah sekalipun pesawatnya tidak muncul di atas atap-atap rumah warga. Baru hari ini dan semoga cuma hari ini.

Dragunov tidak mau mendengar penjelasan dari ibunya. Dia terus meronta-ronta dan menangis sejadi-jadinya. Dia tidak terima pesawat raja hari ini tidak muncul di atas rumahnya. Tangisnya kemudian semakin menjadi ketika ibunya berkilah mungkin raja sakit. Bahkan dia memaksa ibunya untuk berkunjung ke kastil menjenguk sang raja. Setelah digendong dan dibujuk-bujuk dengan berbagai cara, akhirnya Dragunov tertidur di pangkuan sang ibu dengan mata sembab dan bibir yang sesekali masih bergetar.

Cut Titeue, 30 Mei 2019
Munawar, penikmat dan pelaku seni peran di Banda Aceh.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Recent Posts

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.

Pages