Siang ini semua siswa-siswi jurusan
Televisi di Muharram Journalism College (MJC) diharuskan pergi ke halaman
Masjid Raya Baiturrahman. Di sana seorang kameramen ternama di kota Banda Aceh
sudah menunggu dengan materi pengambilan gambar, yang pastinya akan asik.
Mengapa area masjid Raya Baiturrahman menjadi lokasi pilihan untuk materi ini?
Pertimbangan kami dan sang pengasuh sebelumnya, Baiturrahman sempurna untuk
materi pengambilan gambar, halaman Baiturrahman mampu membuat kami kaya akan
angel pengambilan gambar.
Seisi kelas, jauh-jauh hari sudah
sangat mengidam-ngidamkan materi ini. Kurang sempurna rasanya jika ilmu praktis
tapi yang diajarkan hanya materi teori saja, dan ini kesempurnaan yang dimiliki
oleh MJC; pihak sekolah mampu mem-balance atau menyeimbangkan antara teori dan
praktek. Mampu menghadirkan ke dua-duanya bagi semua peserta didik setiap tahun
ajarannya. Dalam ilmu praktis, teori dan praktek merupakan mata rantai atau dua
sisi mata mata uang yang tak boleh dipisahkan.
Di pertemuan sebelumnya kami sudah diajarkan materi (teori) pengambilan
gambar: In Door dan Out Door oleh abang kameraman yang hebat itu.
Setelah semua kami berkumbul di kaki
menara utama masjid. Sambil menikmati belaian angin siang yang meniupi
wajah-wajah dan sekujur tubuh. Di atas barisan anak tangga, sejenak kami
mendengar kembali review materi, mengenai
apa saja yang harus diperhatikan seorang kameramen sebelum mengambil
gambar secara out door, dan juga termasuk bagaimana mensetting kamera supaya
pengaturan cahaya, iris sesuai dengan keadaan. Ya sekitar dua puluh menitan lah
kami mendengar arahan dari si abang, namanya Rizki Aulia. Ringkasnya, bang
Rizki penekanannya lebih kepada mengulang-ngulang kembali materi teknik
pengambilan gambar, sebelum kami disuruh satu-persatu membidik setiap lekuk
yang ada di dalam area halaman masjid.
Seperti kebanyakan perlengkapan orang
mengambil gambar, properti seperti tripot, mic dan batre cadangan semuanya
sudah kami sediakan, siap-siap dikeluarkan dari sarangnya. Sepuluh menit
setelah pengarahan usai proses pengambilan gambar sudah berlangsung. Satu
persatu dari kami mendapat giliran membidik Baiturraham dan sekelilingnya.
Sesuai dengan absen, ya begitulah aturannya kalau kita nurut sama Abjad dan
aturan sekolah. Dikarenakan abjad M boleh dikatakan jaraknya lumayan jauh
dengan abjad A, jadi saya harus menunggu dulu inisial huruf A-L berjalan. Baru setelahnya
M kan? Artinya saya bisa santai-santai, sembari melihat teman yang sedang unjuk
gigi, sambil bertanya ini itu juga sih, hehe.
Akhirnya...
Nah, ketika giliran saya tiba, barulah
inspirasi tulisan tentang cerita Baiturrahman ini dimulai. Kini giliran saya
yang memegang kamera. Masukan dari bang Rizki; Kami boleh mengambil gambar
dengan berbagai Angel yang ada (sudut pengambilan gambar) dan semua spot yang
ada di dalam area masjid Raya Baiturrahman, baik itu wujud dari Baiturrahman
sendiri; yang padanya melekat menara-menara mungil, juga silakan kalian menge
shoot menara utama dan keindahan taman dan halaman masjid yang dilengkapi kolam
di tengahnya.
Baiturrahman
Ketika mata yang satunya telah saya
picingkan dan menempel pada view fender kamera, dari balik lensa (view) itulah
Baiturrahman tampak dengan begitu aduhai. Teknik-teknik pengambilan gambar
seperti ‘tilt up, tilt down, pan right dan pan left semuanya saya peruntukkan
untuk membidik Baiturrahman dan sekelilingnya. Lewat bidikan kamera, terlihatlah
disana wallet-walet yang sedang mengudara mengelilingi bangunan masjid, terbang
berpindah-pindah dari satu menara ke menara yang lainnya, lalu berlompat-lompat
kecil di plataran menara. Sebahagian yang lain ada juga yang siap siaga menjaga
setiap lekuk Baiturrahman. Entah apa yang dijaga oleh para wallet itu, saya tak
tahu.
Tak puas menatap keindahan
Baiturrahman hanya dari balik lensa kamera, sekejap sambil rehat mata,
meninggalkan kamera. Saya kembali memerhatikan Baiturrahman secara langsung,
tanpa peralatan apa pun. "Baiturrahman, memang rupamu bukan buatan! Dari
jauh kau terlihat kece, dari dekat apalagi.." Baiturrahman, nama sebuah
Masjid Agung yang juga menjadi icon tanah Rencong, Aceh.
Bagi para pelancong yang sudah pernah
singgah ke Baiturrahman pasti akan merasakan kesan yang amat mendalam atas
persinggahan mereka. Dan sekarang ketika pelancong-pelancong ini kembali ke
tempatnya, berada jauh dengan Baiturrahman rasa rindu itu kembali membuncah,
rasa-rasanya ingin mengulang kembali masa yang sudah-sudah. Lantas apa yang
bisa mereka lakukan untuk melepas rasa tersebut? Ya salah satunya dengan cara
melihat Baiturrahman dalam pejaman dari kejauhan.
Dengan memejam mata, Baiturrahman akan
tampak lebih jelas dalam penglihatan saat sedang berada dikejauhan.
Baiturrahman. Ia bukanlah nama orang, nama kota, nama salah seorang raja yang
pernah memimpin kerajaan Aceh tempo dulu, bukan pula nama salah satu surat
dalam kitab suci Al-Quran. Lantas Baiturrahman itu nama apa? Ia adalah nama
sebuah masjid yang memiliki fisik sempurna dan namanya sudah terdengar ke
seluruh penjuru benua Asia, atau bahkan seluruh dunia. Masjid yang tidak bisa
lepas dari masa lalu kerajaan Aceh ini berada dipusat kota Banda Aceh, dibangun
ditempat dan dibawah langit yang strategis.
Kebanyakan orang-orang muslim diluar
Aceh yang ingin melancong ke tanah rencong, sejak pertamakali mereka meniatkan
untuk berpergian ke bumi Aceh, pertanyaan yang lebih dulu terbesit di tiap-tiap
mereka adalah, “Baiturrahman itu ada dimana, tepatnya dimana dan bagaimana kami
bisa kesana?” Saya selaku putra Aceh tulen tidak heran ketika berhadapan dengan
pemandangan-pemandangan baru yang bermunculan diseputran komplek Masjid Raya
Baiturrahman. Sekarang ini Baiturrahman bukan saja sebagai rumah ibadah dan
pusat berbagai corak aktivitas keagamaan, tapi juga sebagai tempat “berwisata”
(wisata religius/islami). Kemegahan dan keotentikan yang melekat ditubuh
Baiturrahman mampu menggaet banyak pengunjung untuk bersitatap langsung
dengannya dalam durasi waktu tertentu.
Sumber photo: Aceh tribun |
Ary Ginanjar Agustian, ketika menjadi
pembicara dimalam ulang tahun kota Banda Aceh yang ke-808, dihadapan ratusan
penduduk kota Banda Aceh yang memadati halaman kantor walikota kala itu, Beliau
mengatakan, “Bagi saya inilah masjid (Baiturrahman) yang terindah dan teragung
diseluruh Indonesia. Saya banyak ceramah di masjid, tetapi ketika kaki saya
naik ke mimbar Masya Allah ini bukan sekedar masjid biasa, tapi masjid yang
sangat agung sekali, karena ruh pahlawan hidup didalam jiwa Baiturrahman. Ruh
atau semangat juang Cut Nyak Dhien, Malahayati, Teuku Umar dan masih banyak
lagi, seolah-olah tetap hidup di Masjid Baiturrahman.” Begitulah pandangan
orang luar Aceh kepada Baiturrahman.
Gumam seseorang yang sedang berada
jauh dengan Baiturrahman. “Duh, ingin
rasanya saya melihat fisik sempurna Baiturrahman secara dekat,
mendengarkan suara para muazin pilihan yang mengumandangkan azannya, serta
menjadi pendengar setia para qori yang melantuntkan ayat-ayat suci Al-Quran
menjelang masuknya waktu-waktu shalat. Oh Rabb ku, betapa tenangnya jiwa ini
ketika daku menjadi salah satu makmum yang diimami seorang imam besar yang
bertitel ‘hafizul quran’ didalam masjid yang megah itu.” Subhanallah..!"
Ayo kita ke Baiturrahman..!
Saya seorang pemuda kampung yang
kadang-kadang sedikit kampungan, yang sekarang ini sedang berada dekat sekali
dengan Baiturrahman. Pemuda kampung ini punya sedikit cerita masa lalunya
dengan Baiturrahman. Awal mula niat saya ingin melancong ke kota Banda Aceh,
selain untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi, juga yang menjadi fokus
saya adalah untuk melihat rupa dan fisik Masjid Raya Baiturrahman secara dekat.
Dulu sekali, saat saya masih berusia sekitar 10 tahunan, saya tahu nama Masjid
Raya Baiturrahman itu dengan nama Masjid Raya saja, tidak ada tambahan kata
Baiturrahmannya.
Karena disetiap kemunculan
Baiturrahman di televisi saat tayangan azan magrib, yang orang tua saya katakan
adalah, “Nyan kakalon hai nyak kiban Masjid Raya, pajan gata ek tajak keunan
nak jeut takalon langsong/ Ini dia Masjid Raya wahai anakku, kapan kamu bisa
kesana untuk melihatnya secara langsung." Setiap menjelang azan magrib,
stasiun TVRI selalu menayangkan tayangan azan dengan tampilan Baiturrahman
disana, mulai dari awal mula lafaz azan "Allahuakbar" dikumandangkan
sampai azan berakhir dengan kalimat "La Ilahaillallah". Kalau tidak
salah saya demikian.
Begitu juga di sekolah, kurikulum
sekolah dasar dan lanjutan saat itu masih memasukkan mata pelajaran Bahasa dan
Sejarah Aceh sebagai materi wajib. Lewat mata pelajaran tersebut sedikit demi
sedikit saya mulai mengetahui soal Sejarah dan
Perang Aceh. Dari sekian banyak materi ajar matapelajaran tentang
keAcehan, juga terselip disana materi masjid dan soal bagunan bersejarah,
termasuk didalamnya Masjid Raya Baiturrahman.
Kenapa ini ada, karena Baiturrahman
sendiri merupakan buahkarya dari Kesultanan Aceh. Dari sana saya tahu, kalau
Masjid Raya pernah dibakar dan dibangun kembali saat gejolak perang antara
Pejuang Aceh dan Penjajah Kafee-kafee (red-kafir) Belanda masih berkecamuk.
Sudah berapa kali masjid ini terjadi perluasan dan penambahan kubah, juga saya
tahu dari informasi-informasi silam yang saya dapatkan dibangku sekolah. Itu
masa lalu saya dengan Masjid Raya. Siang ini, terhitung sudah hampir lima tahun
saya hidup di tengah-tengah kemegahan Masjid Raya Baiturrahman, yang dulu saya
sendiri tidak tahu nama lengkapnya.
Penulis: Munawar
Adalah siswa Jurusan Televisi Di Muharram Journalism College (MJC)
Boleh dong dari kampung tapi pemikiran kita global. Hehe...
BalasHapusGood job!
:)
baru tau kalau ternyata mesjid raya pernah dibakar.. hmmm nambah pengetahuan nih,, keren bg.. btw, skrg udh tau kan nama mesjid rayanya,, jangan bikin malu lagi ya,, hehe
BalasHapusInspirasi baru nih :)...Jadi ingt kata Pak Anies Baswedan "Rumah boleh di pelosok, tapi mimpi kita diatas awan"...Makasih ya pengetahuannya :)
BalasHapusWaaah jadi pengen berkunjung ke sana :)
BalasHapusIya bang memang keren baiturrahman :D
BalasHapusMas Munawar aku pengiinnn banget ke masjid ini,mau lihat museum yg pasca tsunami juga :)
BalasHapusMesjid Baiturrahman sebenarnya mainstream banget. Tapi pengambilan angle di tulisan ini memberi warna lain. Selamat :)
BalasHapussemoga Masjid Raya Baiturrahman tetap menjadi ikon utama Banda Aceh disamping ikon2 lainnya kayak kopi di postingan yg ini.. : http://splashurl.com/l5mdxhk .. mampir2 yaah semuanya :D
BalasHapusBenar-benar megah masjid ini. saya pernah sekali ke Aceh namun belum mengunjungi masjid ini. Berharap suatu hari ada kesempatan kesana lagi. Makasih bang atas tulisannya, jadi pengen segera balik ke Aceh lagi :)
BalasHapusbenar.. jika memejamkan mata, maka mesjid baiturrahman akan jelas terlihat. apalagi ketika Sujud didalamnya..
BalasHapusSaya rindu...
Setuju dh klo baiturrahman sangat keren dan memukau
BalasHapusmesjid raya baiturrahman memang terkenal sebagai salah satu mesjid bersejarah dan terindah di Indonesia
BalasHapusMantap
BalasHapusJadi pengin photo di sini lagi. Whuaaaaaaaaaaa.
BalasHapusBaiturrahman jadi salah satu destinasi pembelajaran sejarah kota aceh (y)
BalasHapusIya, baiturrahman emang keren bangeettt B)
BalasHapusMasjid penuh kenangan..
BalasHapusDari Cerita ini saya sudah bsa membayangkan bagaimana mempesonanya masjid Baiturrahman..Semoga kelak bisa berkunjung dan beribadah dimasjid ini...terima kasih Saudara munawar atas ceritanya ^_^
BalasHapustau gk bro pas qu shalat disana tu rasanya seperti duduk di suatu tempat yang sejuk dan buat pikiran tenang....
BalasHapusi love aceh fully
Em... delicious...
BalasHapusBaiturrahman ini, tempat kami bermuhasabah diri. Well done, brotha. :')
BalasHapusJadi teringat, dulu waktu kecil aku pernah KESASAR di mesjid Baiturrahman ini.. trs lagi aku suka ngitung2 kubahnya, yg konon makin lama makin bertambah.. :D
BalasHapusTulisan yg bagus munawar.. :)
ngak sah ke mesjid raya kalau ngak foto hehe
BalasHapuskeren bang..
BalasHapussiap2 utk foto wajib
BalasHapusjadi teringat. dulu waktu masih kecil
BalasHapuspertama kali ke Banda Aceh dan tempat yg pertama kali dikunjungi adalah Masjid ini..luar biasa sensasinyaa
masjid yang terindah se asia tengara
BalasHapusSaya punya kenalan di malaysia, beliau penyair. Setiap kali mendarat di aceh, ia hanya ingin menyempatkan waktunya untuk sembahyang di mesjid Baiturrahman ini. Dan setelah kembali ke malaysia, betapa kagumnya ia kepada aceh, dan selalu menciptakan puisi2 untuk aceh. Negeri ini senantiasa dikagumi orang luar, lantas kenapa kita tidak mampu mengagumi negeri kita sendiri. Semoga aceh menjadi bangsa yang selalu dikagumi dunia ya..
BalasHapusTrims
Saya punya kenalan di malaysia, beliau penyair. Setiap kali mendarat di aceh, ia hanya ingin menyempatkan waktunya untuk sembahyang di mesjid Baiturrahman ini. Dan setelah kembali ke malaysia, betapa kagumnya ia kepada aceh, dan selalu menciptakan puisi2 untuk aceh. Negeri ini senantiasa dikagumi orang luar, lantas kenapa kita tidak mampu mengagumi negeri kita sendiri. Semoga aceh menjadi bangsa yang selalu dikagumi dunia ya..
BalasHapusTrims
Salam...
BalasHapushati saya tersenyum membaca tulisan ini, Bagi saya, anda adalah salah satu insan Aceh yang ikut mensosialisasikan bahwa Aceh memiliki bangunan megah bernama Baiturrahman, bangunan yang sarat nilai, mulai dari keagungan spiritualitas hingga simbul perjuangan.
Menurut saya, nilai lebih dari tulisan ini adalah anda menampilkan nilai historisitas Baiturrahman, sehingga semakin mensupport ide utama anda yang berbicara mengenai "Baiturrahman Keren". tapi, anda hanya menyinggung sedikit dan terlalu umum, sebenarnya ribuan nilai historis yang bisa didapat dari bangunan megah itu. bahkan -menurut saya- akan lebih menarik ketika Baiturrahman dilukis sebagai bagian dari perjuangan rakyat Aceh melawan kezaliman Jakarta tahun 1999 (Referendum). :)
Anyway,,, saya tunggu tulisan anda selanjutnya!
Waaah, Bang Munawar zelin jadi pengen ke sana. Keren banget :)
BalasHapusBaiturrahman selalu menyimpan kesyahduan. Di tengah aktifitas padat, tugas merayap, mesjid inilah tmpt kami menenangkan diri...
BalasHapusKe Banda Aceh, kalau belu sampai di Baiturrahman terasa belum sampai di Banda Aceh. begitu sakral dan nyamannya tempat mulia ini..
BalasHapusselain menjadi tempat ibadah, juga mempunyai sejarah besar yang tidak boleh dilupakan..:)
waaah, karena hari ini libur hari buruh, jalanan di banda aceh agak sedikit sepi. so pagi ini saya jogging mengelilingi jalan protokol yang ada diseputran komplek Baiturrahman, sambil melihat keindahan Baiturrahman yang tidak cukup tinta untuk ditulis.
BalasHapuskeren banget tulisannya bang... bener nih, Masjid Raya Baiturahman itu salah satu monumen dan simbol kebanggaan kota Banda ACeh :)
BalasHapusAyoooo...! kita ke Baiturrahman..! and jangan lupa bawa kamera bagusnya. banyak loh spot-spot keren disana, sayang kalau tidak dijadikan sebagai objek bidikan lensa kamera.
BalasHapusKata si empunya cerita, mesjid Raya Baiturrahman yang sekarang itu dulunya mushalla istana, mesjid asli bukan itu, tapi Belanda mengatakan itu karena di sana matinya si Kohler.
BalasHapuskita harus menemui si empunyaitu :D guna menanyakan kejelasan history.
BalasHapusSemoga teman GMBers di Aceh, bisa berkontribusi sesuatu untuk Baiturahman yang indah ini seperti Munawar yang mau menulis dan berbagi di blog ini
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskerennnnnn
BalasHapusMantap Munawar sabarani..
BalasHapusKadang, Mesjid raya juga menjadi "penyelamat" disaat air di kosan macet berhari2. :D
jika mndngr nma BAITURRAHMAN, teringt pda stu prdebatan antra anggt2 pramuka dri luar daerh aceh dg kkx pnitia yg brsal dr aceh d event PWNas 2010 Aceh,
BalasHapus"kami ini mngkn tdk sah jka ke aceh blum prgi ke msjid Baiturrahman, ijnkn kmi untk snggah d baiturrahman walupn cma bbrapa menit saja, stdk@ kmi dpat mlksnkn shlt sunnh d baiturrahman dan itu mnjdi knang-kngan trndah untx kmi di Aceh" kata anggta prmka dr luar daerh Aceh kpd panitia.
Subhanallah..... Baiturrahman..... is the best (y)
Belum sah seorang ke Banda Aceh, sebelum berfto wajib di depan Mesjid Baiturrahman.
BalasHapus^_^
#Nice
hmmm jadi kepengn ke aceh untuk menikmati indahnya pesona Baiturrahman,,,,
BalasHapusGood posting :)
(y)
banda aceh panas, tp baitturrahman selalu adem :)
BalasHapuslanjutkan! keren!
BalasHapusAceh mmg unik.... :)
BalasHapusSering2 sholat di mesjid raya biar tambah relegious :), good writing
BalasHapusIya War keren betul, ga bohong. Apalagi kalau mau bersusah payah, bangun jelang subuh, datang dan temukan pemandangan indah dari Baiturrahman.
BalasHapustak habisnya tulisan tentang mesjid indah ini, pernah juga menulisnya di :
http://catatantrainernasibungkus.blogspot.com/2013/11/pesona-unik-ujung-barat-negeri-ep-1.html
sukses buat Munawar ya.
Sila mampir juga disini :
http://catatantrainernasibungkus.blogspot.com/2013/07/dari-kandang-babi-hingga-gudang-preman.html
*maaf, sekalian promosi -_-v
yohuhuhu
BalasHapusNice post bg (y) (y) (y).
BalasHapusMesjid Raya Baiturrahman (MRB) emang keren dan berkesan.
ke Banda Aceh itu kalo gk ke MRB rasanya blum nympe B.Aceh.. hehe
prtama kali brknjung klo gk slh thun 2004 wktu msih kelas 3 SMP, ikutan lomba & kalah. haha
ingat bgt dulu aku prnah jalan kaki dari SMAN3 ke MRB via Pocut Baren-Peunayong, dan yang jadi kompasnya itu menara MRB yg tinggi dan kdang nampk, kdang gak,., hehe
kalo inget jd geli sndiri. :) kalo turis bule jalan kaki mngkin sejauh apapun masih keren (traveler), tp kalo org lokal jalan kaki dan jauh bisa2 disangka 'Alue bersaudara' (stress).. haha (numpang curhat) :P
NB: pecinta wisata religi wajib datang ke Mesjid ini. (Y)
yg mau tau wisata religi kota Medan bisa cek disini--->
http://kukuh-pamuji.blogspot.com/2014/04/asiknya-wisata-sejarah-dan-religi-kota.html (promo dikit, haha)
insyAllah wisata religi Kota Banda Aceh segera ku oret2 jg.. Aamiin. ;)
Merindinggg bangettt membaca komentar Ary Ginanjar.. tapi seperti itulah adanya Mesjid megah yang kita ketahui bernama Baiturahman
BalasHapusDhuha adalah waktu yg paling sejuk dan menenangkan di MRB :)
BalasHapusbaiturrahman memang banyak, akan tetapi baiturrahman yang berada di jantung kerajaan Aceh ini berbeda. dipenuhi oleh kisah-kisah perjuangan rakyat Aceh ketika melawan Belanda. bahkan Belanda sendiri tidak bisa melupakan kisah pahit ketika Jendralnya tewas disana.
BalasHapusdi Baiturrahman sempat ada sarang burung wallet. Sekarang entah masih ada. Baiturrahman bak magnet yang mampu menarik banyak pengunjung untuk meramaikan keberadaan dirinya.
BalasHapusDari kampung ke Banda Aceh, kalau tidak datang ke Mesjid Raya "berarti golom jak U Manda" heheh
BalasHapusSetiap kali menjelang tibanya waktu shalat di Banda Aceh, tepatnya di lingkungan Masjid Raya Baiturrahman, warga kota akan disuguhi lantunan ayat=ayat suci Al-Quran ke gendang telinganya. Suara-suara lantunan ayat suci Al-Quran yang terpancar dari pucuk menara dan corong-corong pengeras suara tersebut adalah suara asli dari seorang qori yang sedang mengaji langsung di dalam masjid, bukan dari rekaman pita kaset. Mendekati masuknya waktu-waktu shalat suara qori terdengar ke seantero kota Banda Aceh, baik secara langsung maupun lewat siaran radio yang tersambung kesana.
BalasHapusOh Baiturrahman..!
duhh baca ini jadi tambah pengen ke aceh deh.. :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswah tentang masid Baiturrahman. Aku udah tau Aceh dan Masjid Baiturrahman dari SD. Bahkan tau tulisan di majalah anak-anak ngenalin Aceh lewat Baiturrahman. Nice,bang :)
BalasHapusYa sebuah tulisan yang membanggakan khususnya bagi anak Aceh seakan masjid itu menjadi kiblat seluruh muslim, knapa tidak. Masjid penuh kenangan itu peninggalan sejarah masa belanda dan menjadi keajaiban dunia. Setiap individu sahnya "atau betul2 anak Aceh" ketika sudah berada dalam potret dan dibingkai dirumah, begitulah kira-kira. 6000 telur bisa menjadi suatu keajaiban dan itu mustahil, namun itu bisa jadi kenyataan. Kalau dalam bahasa Aceh nama "jeut hana tapi harus na" mustahil bukan?
BalasHapusKarena kuasa Allah memang menakjubkan "sesuatu yang telah dijamin oleh Allah maka semua akan menjadi kenyataan". Good job (polem) local wisdom tetap dijaga. Hehe
Ya sebuah tulisan yang membanggakan khususnya bagi anak Aceh seakan masjid itu menjadi kiblat seluruh muslim, knapa tidak. Masjid penuh kenangan itu peninggalan sejarah masa belanda dan menjadi keajaiban dunia. Setiap individu sahnya "atau betul2 anak Aceh" ketika sudah berada dalam potret dan dibingkai dirumah, begitulah kira-kira. 6000 telur bisa menjadi suatu keajaiban dan itu mustahil, namun itu bisa jadi kenyataan. Kalau dalam bahasa Aceh nama "jeut hana tapi harus na" mustahil bukan?
BalasHapusKarena kuasa Allah memang menakjubkan "sesuatu yang telah dijamin oleh Allah maka semua akan menjadi kenyataan". Good job (polem) local wisdom tetap dijaga. Hehe
Wahhh tulisan Mas Munawar memang kerennnn.... Dari tulisan ini kita mendapat wacana dan informasi dr yg belum kita ketahui sebelumnya terutama terkait Masjid Baiturrahman. Disini penulis sangat jelas memberikan deskripsinya... Keep writing Mas Munawar!
BalasHapussaya suka sisi lain paparan cerita dalam blog ini...luar biasaa..!!!
BalasHapusPenulisnya melukis Baiturrahman dengan gigihan semangat dan imajinasi yang bagus...
keren bgt Ente Munawar...
Suksess yaa!
Cara menceritakannya indah sekali...
BalasHapusbang Martha, biasa ajalah mister... :)
BalasHapuskami ini apaaa laaa..